Oleh : DHARMA SETYAWAN
Mahasiswa
Sekolah Pascasarjana
Universitas
Gadjah Mada
Jika kita mencari
sosok pahlawan bangsa yang sangat mencintai keluarganya adalah H. Agus Salim.
Kenangan kita semua tentang sketsa wajah yang lebih menampakkan tampilan Pak
Tua ini adalah sosok yang sangat peduli dengan keluarganya. H. Agus Salim memang tidak
pernah memberikan kasih sayangnya kepada keluarga dalam bentuk harta
kemewahan. Hal itu bukan karena H. Agus Salim tidak mampu, tapi sikap low
Profile-nya tidak sanggup untuk menikmati kemewahan yang ditawarkan oleh para
penjajah. Pasca kemerdekaan H. Agus Salim menjadi diplomat yang ulung, saat
menjadi pejabat-pun tidak ada yang berubah. Sepeda tuanya tetap setia
menemaninya. H. Agus Salim dalam hidupnya mampu untuk membentuk keluarga dengan
karakter pejuang dengan penuh romantisme yang tidak pernah kita duga.
H. Agus Salim ketika berada jauh dari keluarga, saat-saat
menunaikan tugas kenegaraan sebagai diplomat di luar negeri tidak lupa megirimkan
surat sebagai bentuk kepedulian tentang keberadaan masing-masing yang jauh di
Negara berbeda. H. Agus Salim ketika sedang berdiplomasi untuk kemerdekaan RI agar
diakui oleh Mesir pada 1947, beliau sempatkan menulis surat yang kemudian surat
itu dititipkan kepada AR Baswedan (AR. Baswedan adalah Kakek Anis Baswedan), salah seorang anggota delegasi RI yang
pulang lebih dulu. Kutipan surat kepada isterinya berbunyi:
Maace sayang! Surat pendek ini hendak saya tumpangkan kepada
Abdurrachman Baswedan , yang besok
pagi terbang pulang ke Indonesia...Sangat sibuk kami bekerja di sini, terutama
oleh banyaknya kunjung-mengunjung dan menghadiri perjamuan. Kalau hari sudah
malam, badan lesu ataupun pikiran bimbang, karena awak bekerja di negeri orang,
kabar dari rumah hampir tidak ada. Awak hidup senang, serba cukup, di rumah
entah bagaimana hidup anak dan isteri. Rindu hati tak dapat dikatakan... (17
Juni 1947).
Kata Maace sayang! Adalah bentuk sikap romantis seorang
revolusioner. Disela-sela kecerdasannya dalam membangun semangat kemerdekaan
lewat jalur diplomasi antar Negara Islam,
Agus Salim memperhatikan hal-hal kecil di dalam dunia mini-nya yaitu
keluarga-nya dengan memberikan sejuta kasih sayang. Dalam bentuk dirinya yang
berada di luar negeri dengan jamuan dari Negeri Mesir, Agus Salim masih
memikirkan keadaan anak dan istrinya yang memang hidup mereka sangat-sangat
sederhana. Kata sayang itu terucap lewat surat dengan perasaan rindu yang
menggebu. Yang dihadirkan Agus Salim adalah semangat mencintai dengan penuh dan
utuh. Kata Sayang yang menegasakan bahwa istrinya adalah bagian dari
semangatnya yang terus untuk member yang terbaik untuk bangsa Indonesia.
Lalu kepada anak bungsunya, Mansur Abdurrahman Sidik, yang
pada 1947 berusia delapan tahun, Agus Salim juga menulis surat kerinduannya: “Ananda
Mansur Sidik! Papa sayang betul dan rindu sama Mansur Sidik, kangen mau pulang.
Mansur Sidik musti mendoa biar lekas kita bisa berkumpul pula. Peluk cium papa
-- A Salim. (17 Juni 1947)”.
Agus Salim adalah contoh seorang ayah dan suami yang luar
biasa. Tanpa kemewahan kebahagiaan dan kerinduan untuk berjumpa dengan keluarga
adalah sebuah kesakralan. Menghadirkan cinta di dalam keluarga tentu bukan hal
yang mudah di padatnya kesubukan Agus Salim yang harus selalu siap meninggalkan
keluarganya dalam keadaan apapun. Seorang yang sangat baik terhadap keluarga,
adalah bukti nyata kepemimpinan keluarga mempengaruhi sikapnya dalam memimpin
dan mengelola bangsa ini. Maka Agus Salim sudah termasuk dalam golongan manusia
baik sebagaimana rosul janjikan. Kebaikan yang tidak dapat dibeli dengan uang,
kebaikan yang hadir begitu saja menjadi sebuah karakter, kebaikan yang selalu
memberi harapan dan kenyamanan untuk orang-orang disekitarnya. Kebaikan yang
terus menghantarkan optimisme bahwa yang terbaik adalah memiliki jiwa
pengorbanan dalam hidup yang dipersembahkan untuk orang lain.
Sebagaimana Rosul juga menyampaikan,“Sebaik-baik kalian adalah
yang paling baik terhadap keluarganya dan aku adalah yang terbaik terhadap
keluargaku” (HR. Tirmidzi)
1 komentar
aku pngin kayak Agus Salim, alhamdulillah kalau nama udah agak sama hehe
BalasHapus