Oleh : Dharma Setyawan
Sakit memang
Kau bunuh rakyat dalam sepinya tawa
Semua hanya pura-pura
Kau beri semua janji
Langitpun kini mendung
Berharap hujan tiba
Petir menyambut gelegarnya
memekakan telinga-telinga tuli
Rakyat tidak butuh janji-janji fana
Mata hati rakyat semakin kabur
Himpitan hidup yang memaksa
Frustasi, amuk massa, saling sikut
Membulat berkumpul dan beradu
Kau buat mereka berlibido tinggi
Tatapan hati pun semakin galau
Demi sesuap nasi
Mereka rela berlaga
Ketakutan demi ketakutan
Hari semakin mengintai
Anak membunuh bapak
Bapak memperkosa anak
Ibu menjadi budak
Disiksa bagai dongeng cerita
Wahai kemiskinan
kau sambut kami dengan senyuman
Senyuman yang kau beri
Kami lari dengan tangisan
Mata-mata yang banjir
Air tanda kesedihan
Lapar, liar, sangar dan tak ada kelakar
Kemiskinan kapan engkau pergi?
Lampung, 20 Juni 2011
0 komentar