Oleh
: Dharma Setyawan Amatya
Minyak itu misteri, minyak merupakan
barokah yang harus disyukuri bangsa-bangsa timur tengah. Tanah yang tandus,
padang pasir yang panas itu ternyata menyimpan kekayaan yang bernilai ribuan
triliun. Siapa sangka minyak ini, menjadikan timur tengah menjadi rebutan
negara-negara kapitalis. Minyak adalah anugerah dari Tuhan berkat orang-orang
soleh yang hadir di sana ribuan tahun lalu. Wilayah yang banyak diturunkan para
nabi dan membentuk wilayah religius meneguhkan kedudukan Tuhan. Tanah disana,
kata logika mustahil menjadi tempat yang mengandung kekayaan. Jika dibanding
Nusantara yang orang jawa bilang “gemah ripah loh jinawi”.
Minyak! kini membuat bangsa timur
tengah hidup dengan berlimpah uang tanpa demokrasi yang diseru-serukan bangsa
barat. Tapi bukan maksud demokrasi kita singgung, toh banyak negara timur
tengah ternyata dipimpin pemerintah tirani sejak puluhan tahun. Teringat doa
nabi Ibrahim di lahan tandus agar Allah memberikan rezeki buah dan memberi
kemakmuran bagi Mekkah dan sekitarnya. Doa pun terkabul, Mekkah menjadi magnet
bumi dengan banyaknya orang pergi menunaikan ibadah Haji. Di luar itu kini
semua tersingkap ada kekayaan yang lebih mahal yang ada didalam tanah tandus,
pasir dan gersang itu. Ya sekali lagi minyak, minyak menjadi barokah bagi penduduk
tidak hanya di Arab yang didoakan nabi Ibrahim, tapi bagi negara-negara timur
tengah yang mayoritas Islam setelah Nabi Muhammad menyeru untuk kembali ke
milah Ibrahim yang hanif.
Minyak juga bagai malapetaka, malapetaka
yang selalu menyimpan banyak sejarah pertarungan antar bangsa di abad modern.
Minyak ini menjadi kutukan bagi manusia yang serakah. Bertarung bak binatang
jalang, haus akan darah dan kepuasan. Minyak menjadi butiran-butiran peluru,
terkadang menjelma menjadi teng-teng tempur. Merangsak dan siap menerkam dibalik
panasnya gurun padang pasir. Minyak itu sekejap menjelma kembali menjadi
roket-roket tempur. Mencabik-cabik umat muslim dengan dalih memberantas
teroris.
Kenapa minyak berubah menjadi petaka?
Kemana pahlawan-pahlawan itu? Kemana Khalid bin Whalid zamanmu? Kenapa kalian
diam semua? Kemana Shalahudin Al-Ayubi? Kemana Tariq bin Ziyad? Kembalikan
zaman emasmu timur tengah? Mungkin benar, minyak itu menjadi petaka bahkan
kalian diadu domba. Siapa yang tersenyum? Bukankah musuhmu yang tersenyum?
Sejak lama Al-quran menyampaikan tentang kejahatan Yahudi. Tapi kenapa kalian
masih mau bermesraan. Atas nama HAM? Atas nama perdamaian? Atas nama
kemanusian? Itu tidak ada dalam kamus Yahudi. Mereka menuduh kita berasal dari
kera. Padahal mereka yang pernah dirubah jadi kera.
Minyak! Nyala api mudah kau sambut. Membakar
semua kesabaran, sifatmu tak pernah berkompromi dengan dinginnya fikir. Mudah sekali
dirimu menjadi alat profokasi kelicikan. Dan Khadafi kini berlumur darah,
mungkin setimpal dengan apa yang dilakukan selama ini. Tapi dialah satu-satunya
pemimpin yang masih berani tegas melawan hegemoni angkuh. Tidak bush! Tidak
Obama! Mereka hanya simbol. Minyak yang terpenting bagi Yahudi. Sayup-sayup
mimpi itupun terniang kembali. Menunggu singa padang pasir bangkit lagi.
Khadafi telah menikmati minyak
kematian. Untuk siapa kematian itu, hanya untuk minyak yang berubah menjadi
asap. Untuk meracuni bumi yang sudah berpenyakit asma. Untuk lautan yang sudah
berdahak kimia. Untuk hutan yang berpenyakit tumor dan kepalanya gundul. Minyak
kematian itu pun berbau. Berbau bangkai muslim-muslim yang gila. Gila minyak,
gila darah, gila perang, dan gila kematian.
Tapi kudengar disana ada teriakan. "Mereka
(NATO) telah membunuh dia (Khadafi). Kita akan mengingat seluruh kehidupan
Khadafi sebagai seorang pejuang besar, seorang revolusioner dan martir," itu
teriakan siapa? Ternyata itu teriakan Presiden Venezuela Hugo Chavez. Ya
pemimpin yang beragama kristen itu masih punya hati. Bersamanya muncul
gelombang perlawanan kepada Amerika. Negeri itu telah sukses melakukan
nasionalisasi minyak dan tambang. Amerika pernah ingin menggulingkannya, tapi
rakyat Venezuela berani membela dan angkat senjata.
Chavez pernah dianugerahi pengahrgaan
oleh Al-Kadhafi International Prize dalam bidang Hak Asasi Manusia (HAM). Begitu
pun Presiden Kuba Fidel Castro dan Presiden Nikaragua Daniel Ortega juga
memenangkan penghargaan tersebut. Mereka bangkit melawan, menolak tunduk
terhadap Yahudi. Sebelum minyak menjadid banjir darah, sebelum minyak
meledakkan timur tengah, sebelum muslim digerogoti semangat hingga lemah. Hanya
satu kata “BERSATULAH”!
0 komentar