Oleh
: DHARMA SETYAWAN
Mahasiswa Ekonomi Islam Sekolah Pascasarjana UGM
Pertemuan Nasional (PERNAS) AIDS IV
berlangsung tanggal 3 sampai 6 oktober 2011 di Yogyakarta. PERNAS diikuti
sekitar 1500 peserta dari berbagai elemen yang terkait dengan penanggulangan
penyakit HIV / AIDS. Acara ini menghadirkan Menteri Kesehatan Endang Rahayu
Sedyaningsih, Menteri koordinator kesejahteraan Rakyat Agung Laksono, Sri
Sultan Hamengkubuwono (HB) X, Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional,
Pemerintah Daerah, LSM, Masyarakat sipil serta penggiat pencegahan HIV / AIDS.
Acara ini merupakan ritual bagi pemangku kebijakan yang diharapkan dapat
mengatasi masalah penyakit mematikan yang sampai hari ini belum ditemukan
obatnya. Sultan pun berharap dalam sambutan pembukaan bahwa acara ini untuk
menagih janji dari sejumlah slogan yang dikampanyekan oleh aktivis AIDS selama
ini.
Sejarah Penyakit Mematikan
Menurut Wikipedia sejarah penyakit
AIDS yaitu Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune
Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi
(atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem
kekebalan tubuh manusia
akibat infeksi virus HIV atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain). Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau
disingkat HIV) yaitu
virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. HIV dan virus-virus
sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan
kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang
mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan
vagina, cairan preseminal, dan air susu
ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan
intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi
darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan
bayi selama kehamilan,
bersalin, atau menyusui,
serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
Para ilmuwan umumnya berpendapat bahwa AIDS berasal dari
Afrika Sub-Sahara. Kini AIDS telah menjadi wabah penyakit.
AIDS diperkiraan telah menginfeksi 38,6 juta orang di seluruh dunia. Pada Januari 2006, UNAIDS bekerja sama
dengan WHO memperkirakan bahwa AIDS telah
menyebabkan kematian lebih dari 25 juta orang sejak pertama kali diakui pada
tanggal 5 Juni
1981. Dengan
demikian, penyakit ini merupakan salah satu wabah paling mematikan dalam
sejarah. AIDS diklaim telah menyebabkan kematian sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta
jiwa pada tahun 2005
saja, dan lebih dari 570.000 jiwa di antaranya adalah anak-anak. Di Amerika sendiri penyakit ini menjadi penyakit paling berbahaya dan
semakin meningkat. Centers for Disease Control and
Prevention (Pusat Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit) Amerika mencatat, setiap tahun terdapat 40 ribu kasus baru HIV/AIDS.
Situasi yang lebih mengerikan adalah sekitar 252 ribu hingga 315 ribu orang di
Amerika tidak mengetahui dirinya mengidap HIV/AIDS. Karena tidak mengetahui
bahwa dirinya mengidap HIV, maka risiko penularan terhadap orang lain semakin
besar.
Komisi Penanggulangan AIDS (KPA)
nasional yang diwakili oleh Nafsiah Mboi mengungkapkan bahwa di Indonsia lebih
dari 12 juta pria bertransaksi di tempat lokalisasi. Hal ini menjadi penyebab
penyakit berbahaya ini mudah menular ke keluarga karena virus langsung
ditularkan ke istri dan anak. Selain itu pergaulan bebas remaja dan
bergonta-ganti pasangan mengamini virus ini melaju pesat ke lapisan generasi
muda.
PERNAS AIDS dan Marketing Kondom
Acara Peringatan Nasional (PERNAS)
AIDS sayangnya hanya menjadi ritual para pemangku kebijakan. Upaya yang
dilakukan pun tak lebih sebagai kampanye slogan dan euforia untuk memperingati bahaya
AIDS di masyarakat. Di Jogja sendiri acara juga disajikan dengan pentas musik dangdut
mengundang artis berpakaian erotis Julia Perez di halaman hotel Inna Garuda
Yogyakarta tempat acara berlangsung. Tontonan erotisme ini pun memberikan
sejumlah hadiah menarik kepada pengunjung. Yang lebih memprihatinkan lagi
jargon pencegahan penyakit HIV / AIDS hanya menjadi simbolis kampanye karena di
sponsori oleh perusahaan kondom Fiesta Sutra. Acara tersebut juga dikemas
secara menarik dengan adanya Sales Promotion Girl (SPG) yang menjaga Stan
Fiesta Sutra. Dari peringatan nasional pencegahan penyakit AIDS tersebut ada
beberapa yang perlu menjadi koreksi bagi pemerintah dan penyelenggara
peringatan nasional tersebut.
Pertama, bahwa pemerintah kita telah
sesat fikir terhadap upaya dan cara penanggulangan penyakit HIV / AIDS. Dengan
mengundang artis erotis seperti Julia Perez substansi pencegahan HIV / AIDS
hanya menjadi omong kosong, karena tontonan di atas sangat tidak mendidik dan
memberi ajaran buruk bagi pengunjung yang mayoritas adalah generasi muda. Dengan
melibatkan pentas musik dangdut acara PERNAS tersebut seolah-olah kehilangan
ide untuk menyajikan acara yang lebih baik sebagai pola kampanye penyadaran
masyarakat. Tontonan erotis tersebut semakin menegaskan bahwa masyarakat kita
memang sengaja dididik untuk menikmati acara erotisme seperti penampilan artis
Julia Perez. Dalam hal ini peran agama dan instrumen institusi lembaga negara
semakin jauh dari bentuk ajaran moral untuk sama-sama intropeksi terhadap sebuah
bencana penyakit. Agama apapun pasti tidak sepakat dengan perbuatan pergaulan
bebas yang selama ini telah menimbulkan penyakit akut. Negara-negara maju
seperti Amerika pun faktanya tidak dapat menyelesaikan penyakit AIDS yang sudah
terjadi sekian lama. Kita kalah dengan Malaysia, negara kecil yang melibatkan
agama dalam menanggulangi pergaulan bebas dengan memperbaiki moral masyarakat
dengan institusi dan peran agama.
Kedua, penyelenggaran PERNAS AIDS
tersebut semakin fatal dan mubazir dengan adanya Stan kondom oleh sponsor
perusahaan Fiesta Sutra. Dengan menampilkan para sales promotion Girl (SPG)
yang berpakaian mini dan menarik pengunjung untuk membeli kondom yang
perusahaan sediakan. Secara langsung acara ini juga sebagai bentuk bazar kondom
dan menyusuh masyarakat kita untuk melakukan pergaulan bebas. Dengan kondom di
jual bebas maka hubungan bebas lawan jenis dilegalkan di depan para Menteri dan
jajaran pemerintah yang hadir dalam acara tersebut. Keuntungan penjualan kondom
telah membuat bangsa ini banyak berkorban dan rugi berlipat-lipat untuk upaya
penanggulangan. Selain itu dana kampanye
untuk pencegahan HIV / AIDS hanya menjadi lahan proyek oleh sebagian institusi
yang tidak bertanggung jawab.
Negara ini sudah cukup banyak masalah
yang timbul, namun penyelesaian yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan
selalu jauh panggang dari api. Faktanya kita semakin enggan untuk membawa
ajaran agama dalam mengelola negara besar ini. Agama menjadi entitas yang
selalu memberi ketakutan untuk dijadikan solusi. Alasan klasik agama dilarang
mengintervensi negara. Sekuat apapun kita mengkampanyekan tentang bahaya HIV /
AIDS pada kenyataannya penyakit ini tidak kunjung berkurang tapi malah
meningkat. Sepintar apapun ahli untuk memberi solusi tetap kita membutuhkan sebuah
tatanan moralitas manusia yang hanya dapat dipahamkan dengan ajaran agama.
Ajaran agama apapun itu pasti menolak tegas tentang perilaku penyimpangan seks.
Kita perlu berfikir sehat agara kita tidak semakin sesat fikir!
0 komentar