Oleh : DHARMA SETYAWAN
Directur Eksekutif KEPAL (Komite Pemantau Anggaran Lokal)
Mahasiswa Pascasarjana UGM
Pasca terpilihnya para
Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan sekaligus Ketua KPK, harapan
besar kasus korupsi negeri ini segera teratasi. Abraham Samad terpilih sebagai
Ketua KPK yang baru, bersama tiga pimpinan KPK lain yakni Bambang Widjojanto,
Adnan Pandupraja, Zulkarnain, dan tentu saja Busyro Muqoddas mantan Ketua KPK
lama. Publik berharap KPK dengan para pemain baru ini mampu menunjukkan kinerja
yang lebih baik dari pejabat KPK sebelumnya. Negara sudah diporak-porandakan
oleh para Koruptor yang bebas bertebaran di bumi Indonesia. Tidak adanya
kepastian hukuman berat menjadi sebab banyaknya koruptor yang selamat karena
taring KPK sengaja ditumpulkan oleh pihak-pihak tertentu. KPK yang menjadi
lembaga ad hoc dan dibentuk dalam warisan semangat reformasi perlu
membuka kunci utama pemberantasan korupsi pada tingkat akar.
Kompleksitas masalah
internal dan eksternal harus dihadapi dengan semangat membersihkan Indonesia
dari segala bentuk Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).
Kesempatan besar KPK sebagai lembaga yang sering disebut super body
perlu mendapat sentuhan apik oleh para pemain baru yang terpilih dengan seleksi
yang begitu ketat. Abraham Samad seorang advokad dan aktivis anti korupsi di
Makasar adalah sosok muda yang ditantang untuk dapat memimpin KPK secara
progresif. KPK perlu menajamkan lagi taringnya yang telah lama tumpul oleh
perlawanan berbagai pihak yang pro terhadap korupsi.
Zaman Kalabendu
KPK dihadapi pada
situasi zaman dimana kejahatan merajalela. Kumpulan syair Ronggowarsito yang
berisi ramalan atau prediksi masa depan salah satunya ialah "Sabda
Tama". Zaman kalabendu adalah bentuk zaman yang penuh dengan
kezaliman. Orang jujur sangat takut menampakkan kejujurannya. Para koruptor
hidup dengan semaunya bak hidup di surga dunia yang terhampar luas. Zaman kalabendu
Joyoboyo adalah sisi gelap disanjungnya hedonisme, pragmatisme, materialisme yang begitu subur menghinggapi
kehidupan manusia.
Bermula dari Prabu Jayabaya,
seorang raja bijaksana yang memerintah kerajaan Kediri pada abad ke-12
(1137-1159) yang disebut dalam Kakawin Bharatayuddha yang digubah oleh Mpu
Panuluh dan Mpu Sedah. Nama Jayabaya di tanah Jawa juga
sering dipakai dalam hal-hal yang berhubungan dengan eskatologi (ilmu ramalan
riwayat kehidupan). Prabu Jayabaya meramalkan pada masanya nanti Jawa
(Indonesia) akan menjadi mercusuar dunia setelah mengalami Zaman Kalabendu.
Setelah zaman kehancuran ini telah lewat maka akan hadir zaman Kalasuba (era
kemuliaan atau keemasan).
Raden Ngabehi
Rangga Warsita (Surakarta, 14
Maret 1802 - 24 Desember 1873) keluarga penyair Keraton Surakarta yang
termasyhur, yaitu keluarga Yasadipura telah menuliskan syair wejangan di dalam Serat
Kalatidha. Serat Kalatidha adalah sebuah karya sastra dalam bahasa
Jawa karangan Raden Ngabehi Rangga Warsita berbentuk tembang macapat. Karya
sastra ini ditulis kurang lebih pada tahun 1860 Masehi. Kalatidha adalah salah satu
karya sastra Jawa yang ternama.
Syair Ronggowarsito
yaitu Iki sing dadi tandane zaman kolobendu (ini yang menjadi tanda
zaman kehancuran), Lindu ping pitu sedino, (gempa bumi 7 kali sehari), Lemah
bengkah, (tanah pecah merekah), Manungsa pating galuruh, akeh
kang nandang lara, (manusia berguguran, banyak yang ditimpa sakit), Pagebluk
rupo-rupo, (bencana bermacam-macam), Mung setitik sing mari akeh-akehe
pada mati, (hanya sedikit yang sembuh kebanyakan meninggal), Zaman
kalabendu iku wiwit yen, (zaman ini ditandai dengan), Wis ana kreto
mlaku tampo jaran, (sudah ada kereta yang berjalan tanpa kuda), Tanah
jawa kalungan wesi, Tanah Jawa dikelilingi besi (mungkin maksudnya rel
kereta), Prau mlaku ing nduwur awang-awang, (perahu berjalan di atas
awan melayang layang “pesawat terbang”)., Kali ilang kedunge, (sungai
kehilangan danaunya), Pasar ilang kumandange, (pasar kehilangan
keramaiannya), Wong nemoni wolak-walik ing zaman, (manusia menemukan
jaman yang terbolak-balik), Jaran doyan sambel, (kuda doyan makan
sambal), Wong wadon menganggo lanang, (orang perempuan mempergunakan
busana laki-laki), Zaman kalabendu iku koyo-koyo zaman kasukan, zaman
kanikmatan donya, nanging zaman iku sabenere zaman ajur lan bubrahing donya.,
(zaman kalabendu itu seperti jaman yang menyenangkan, jaman kenikmatan
dunia, tetapi jaman itu sebenarnya jaman kehancuran dan berantakannya dunia.)
Terbukti apa yang
diterawang Joyoboyo dalam syair Ronggowarsito telah terjadi pada hari
ini. Kondisi Indonesia dengan adanya kemajuan teknologi, banyaknya bencana,
kerusakan moral manusia, membawa kehancuran bagi kehidupan manusia. Ronggowarsito
melukiskan bahwa pertarungan yang tengah terjadi ialah antara kejahatan dan
kebaikan itu tidak akan pernah dimenangkan oleh kebaikan kecuali kelak jika sudah
sampai pada waktunya. Di zaman kalabendu pemenanganya ialah selalu yang
jahat, yang berkuasa, yang berangkara murka. Semua manusia saling sikut saling
menghegemoni. Keserakahan manusia menyebabkan ketimpangan sosial ekonomi
sehingga segelintir manusia ada pada puncak kenikmatan kekayaan namun juga
banyak manusia yang berada pada titik rendah kesengsaraan.
KPK Melawan
Kalabendu Koruptor
KPK menghadapi para
komplotan pejabat hipokrit yang tidak punya nurani di tengah rakyat. KPK adalah
bibit kebaikan, dimana kebaikan yang akan ditanam dicabut dan dirusak oleh
beberapa elit politisi dan pengusaha Kalabendu. Bahkan kita bisa melihat
Zaman kalabendu terjadi kerusakan yang luar biasa pada diri para penegak
hukum. Adanya KPK sebagai lembaga ad hoc akibat dari banyaknya para
penegak hukum di POLRI dan Kejaksaan terlibat dalam praktek korupsi yang ada.
Masa depan KPK dengan berbagai kejahatan konspirasi yang terus mengintai
membutuhkan dorongan dari berbagai pihak. Kepada siapa lagi kita percaya? hari
ini semua terlihat abstrak. Zaman Kalabendu adalah zaman ketidakjelasan lawan
maupun kawan. Namun kita juga harus percaya pada Zaman Kalasuba yaitu
kedatangan zaman dimana akan dipenuhi kebaikan dan kesejahteraan. Zaman
Kalasuba adalah zaman keemasan dan kemuliaan yang hadir setelah Zaman Kalabendu
telah pada titik jenuh dan mendapat perlawanan dari semua pihak.
KPK dalam hal ini
dapat menjadi pemantik kesadaran semua pihak untuk memunculkan harapan
datangnya zaman kalasuba. Indonesia yang diimpikan menjadi negara terkuat dalam
bidang ekonomi melalui pertanian, kelautan dan industri yang maju pesat.
Didukung dengan jumlah penduduk yang banyak, Indonesia akan bertemu pada
momentum zaman kalasuba. KPK hari ini harus sekuat tenaga untuk memanfaatkan
segala fasilitas yang ada untuk memangkas para koruptor-koruptor di zaman
kalabendu. KPK dengan kesatria-kesatria baru adalah harapan 230 juta rakyat
Indonesia yang tidak berdaya pada situasi ketidakadilan para pemimpin. Rakyat
membutuhkan keberanian KPK untuk siap berkorban jiwa dan raga. KPK perlu tegas
tidak pandang bulu walaupun itu pejabat kalau terbukti korupsi segera diadili.
Tidak ada pilihan lain kecuali maju bersama rakyat berantas korupsi!
0 komentar