Oleh
: Dharma Setyawan
Directur Eksekutif KEPAL
(Komite Pemantau Anggaran Lokal)
dan Mahasiswa Ekonomi Islam Sekolah
Pascasarjana UGM
Indonesia adalah negara yang memiliki sumber
kekayaan alam yang berlimpah. Dengan banyaknya kekayaan alam, Indonesia
semestinya bangkit menjadi negara yang maju dalam bidang perekonomian. Mulai
dari kekayaan laut, hutan, daratan dan
dalam perut bumi hampir Indonesia menempati negara yang berlimpah ruah
kekayaan. Bahasa jawapun menyatakan bumi Indonesia disebut sebagai “gemah
ripah loh jinawi toto tentrem kertaraharjo”. Mulai dari kekayaan laut
Indonesia berada pada wilayah yang memiliki laut sangat luas. Terbentang dari
sabang sampai merauke laut Indonesia menyimpan berjuta kekayaan yang bernilai
ribuan triliun rupiah. Mulai dari rumput laut, ikan, terumbu karang sampai pada
minyak bumi di dasar laut yang hari ini belum dikelola dan dimanfaatkan secara
baik.
Daratan
Indonesia juga sangat subur dan hidup berbagai tanaman pokok dan palawija untuk
memenuhi kebutuhan penduduk. Mulai dari tanaman padi, jagung, singkong, sagu
dan berbagai tanaman pokok lainnya. Selain itu tanaman palawija, buah-buahan Daratan
Indonesia juga terhampar hutan yang memiliki satwa berjuta jenis dan menambah
kekayaan alam kita. Kekayaan hutan Indonesia pun disebut sebagai paru-paru
dunia. Kayu, rotan, hutan mangrove, sawit, karet termasuk komoditas yang jika
dikelola dengan tepat akan menghasilkan devisa bagi negara. Dalam perut bumi
Indonesia, kita juga harus bersyukur karena banyak kekayaan alam kita tersimpan
berjuta ton kekayaan alam. Seperti emas disejumlah titik wilayah di Papua, Nusa
tenggara timur dan lainnya. Gas alam kita juga sangat melimpah salah satunya di
Aceh. Lebih dari itu di dalam bumi Indonesia tersimpan kekayaan lain mulai dari
bijih besi, nikel, timah, batu bara, tembaga, uranium dan lainnya.
Quo Vadis PNB atas PDB
Namun pertumbuhan perekonomian
Indonesia berada pada wilayah yang sangat lambat. Dari jumlah penduduk rentang
waktu 10 tahun dari tahun 2000 Indonesia
berpenduduk 205,132,458 jiwa hingga tahun 2010 Indonesia berpenduduk 237,556,363
jiwa, ternyata Indonesia sangat lambat dalam mensejahterakan manusia di
dalamnya. Hal ini bisa kita lihat dari sumber (http://www.bi.go.id) yaitu pada tahun 2000 PDB
(produk domestik bruto) per kapita pada tahun 2000 sejumlah 6,774,988.3 rupiah. Dan pada tahun
2010 PDB per kapita hanya naik 9,726,912.7 rupiah. Sedangkan PNB
(Pendapatan Nasional Bruto) tahun 2000 sejumlah 6,325,707.9 rupiah dan
mengalami kenaikan berkisar 9,335,119.3 rupiah pada tahun 2010.
Pada angka di atas kita dapat melihat
bahwa dalam ekonomi Indonesia yang lebih menerapkan ekonomi kapitalis maka
terjadi fenomena yang mengejutkan. Dimana PDB dan PNB per kapita
bukanlah angka jawaban yang rill untuk menunjukkan sebenarnya pendapatan
perkapita penduduk sesuai kenyataan. Pertama, PDB atau PNB
bukanlah ukuran nyata pendapatan per kapita penduduk. Karena kenyataannya
kesenjangan sosial sangat tinggi di negeri ini. Hal ini terbukti dengan masih
banyaknya penduduk miskin di Indonesia. Ekonomi yang terlalu tunduk pada pasar
mengakibatkan peran negara lumpuh dalam tingkat postulat (kebijakan).
Perhitungan itu bisa dibuktikan kesalahannya dengan contoh
menghitung pendapatan kekayaan Aburizal
Bakrie dengan penduduk Lampung. Maka akan terlihat tinggi jika dibagi
jumlah penduduk Lampung. Sehingga hasil data menunjukkan kekayaan masyarakat Lampung
tinggi, hal itu karena ada satu orang kaya yang melebihi kekayaan penduduk
Lampung. Sayangnya perhitungan tersebut tidak membedakan mana penduduk miskin
dan mana penduduk elit kaya.
Kedua, Bahwa kapitalisme telah mengatur
kebijakan negara sesuai kehendak para pemilik modal. Regulasi yang dibuat
negara adalah cerminan dari para keinginan pemilik modal. Kita bisa lihat
beberapa contoh pada Undang-undang Penanaman modal dan undang-undang lainnya.
Regulasi tersebut lebih pro terhadap kepentingan asing dan tidak pro terhadap
rakyat Indonesia yang jumlahnya mencapai 200 juta lebih.
Ketiga, Bahwa jumlah PDB Indonesia lebih besar
dari pada PNB. Hal ini terjadi sampai tahun 2010 dimana posisi PDB
selalu diatas PNB. Kita mengetahui bahwa jumlah PDB adalah nilai
produk warga negara sendiri di dalam negeri ditambah nilai produk warga negara asing di dalam negeri. Sedangkan jumlah PNB adalah nilai produk warga negara sendiri di dalam
negeri ditambah
nilai produk warga negara sendiri di luar negeri. Dari data
yang dihimpun Bank Indonesia kita bisa melihat bahwa angka menunjukkan PDB
Indonesia selalu lebih besar dari PNB Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa
PDB kita bukan didomonasi produk dalam negeri tapi produk luar negeri yang
lebih mendominasi. Angka PDB yang lebih besar di negara ini pada faktanya
memang terbukti bahwa negara ini sangat welcome dengan produk impor.
Mulai dari kendaraan, Handphone, Alat elektronik yang mayoritas berasal dari
Cina, Jepang dan Amerika.
Disisi lain Indonesia adalah negara pengimpor
terbesara di dunia dalam produk makanan seperti beras, garam, buah, kedelai dan
bahan makanan lain. Seharusnya dengan keadaan wilayah daratan Indonesia yang
luas ini Indonesia mampu bersaing dalam meningkatkan produktivitas pertanian,
sehingga Indonesia tidak perlu lagi impor bahan makanan dari luar negeri. Yang terjadi pada ekspor Indonesia pun masih
mengecewakan. Masih banyak barang dalam negeri yang di ekspor dalam bentuk
barang mentah atau setengah jadi. Kita bisa melihat ini dalam sektor hutan kita
yang lebih banyak mengekspor kayu dan rotan yang masih utuh. Selain itu ekspor
minyak bumi kita juga dalam bentuk mentah sehingga Indonesia harus membeli
minyak jadi yang kita ekspor ke negara lain.
Membangun Industri Dalam Negeri
Indonesia perlu merumuskan kembali
jalan ekonomi yang harus ditempuh untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi.
Indonesia harus menguatkan instrumen yang jelas untuk menumbuhkan PNB di atas
PDB. Dalam menumbuhkan PNB, Indonesia harus berani mengambil langkah untuk
membangun industri pengolahan dalam negeri sehingga kita bisa membuat barang
dalam negeri memiliki nilai jual tinggi dibanding dengan mengekspor barang
mentah. Industri dalam negeri juga perlu didukung sumber daya manusia yang
terampil dan disiplin. Indonesia perlu mencontoh Cina dan India yang
memanfaatkan jumlah penduduk yang sebar untuk menciptakan produk dalam negeri
yang mampu membanjiri produk barang di pasar global. Pemerintah Indonesia harus
memiliki target kepastian untuk membangun kerajinan masal pada rotan dan kayu
yang melimpah ruah menjadi barang jadi yang bernilai tinggi. Ekspor buah yang
harus dikemas dengan kebersihan yang terjamin. Pengolahan dan peningkatan
pertanian dan kelautan sehingga Indonesia tidak perlu lagi impor barang seperti
beras dan garam. Membangun kemandirian industri dalam negeri secara otomatis
akan menyerap tenaga kerja yang cukup signifikan. Dan terakhir kita perlu
menegaskan bahwa kebijakan impor akan menurunkan PDB dan PNB Indonesia. Saatnya
Indonesia menata ulang Kemandirian Ekonomi berbasis Industri Kerakyatan.
0 komentar