Oleh: Dharma Setyawan
Peneliti di Sai Wawai Institute
Beberapa kali penulis
menggali peran tim sukses para calon di Pilkada banyak pola gerakan relawan
yang patut dipelajari. Pertama, tim
Ridwan Kamil (RK) adalah salah satu yang menginspirasi. Bagaimana tidak
tercengang, elektabilitas RK saat itu 2,3% kemudian berakhir menjadi pemenang
46% mengalahkan petahana. Tentu kapabilitas RK menjadi hal yang penting jika
membahas kemampuannya memenangkan pertarungan pilkada kota Bandung. Ada hal
yang luput dan tidak menjadi sorotan publik bagaimana peran pasukan RK yang
terdiri dari anak-anak muda kreatif Kota Bandung gotong royong memenangkan RK.
Di samping mesin partai yang juga bekerja, peran relawan ini tidak bisa
dinafikan dalam membangun kepercayaan publik. Bandung Creative City Forum (BCCF) adalah salah satu pembentuk Kota
Bandung memiliki anak-anak muda yang sadar untuk mencintai kotanya dan bergerak
untuk peduli persoalan siapa yang layak memimpin kota tersebut. Walaupun tidak
semua penggiat BCCF terlibat, tapi forum ini menjadi penanda bahwa RK adalah
sebuah produk pemimpin yang lahir dari kreatifitas itu sendiri.
Peneliti di Sai Wawai Institute
Dharma Setyawan |
RK tidak memiliki
sumber daya yang melimpah seperti calon lainnya. Tapi karena kapabilitasnya, RK
mampu meyakinkan 2 partai yaitu Gerindra dan PKS. Selain itu komunikasi RK
terhadap relawwan tetap mampu meyakinkan bahwa dirinya setia digaris anak-anak
muda kreatif walaupun partai juga mengusungnya. Anak-anak muda kreatif ini
memiliki sumberdaya ide dan kreatifitas yang bisa saya katakan tanpa batas.
Mereka bisa mempengaruhi publik dengan ide-ide yang segar dan penuh dengan wacana
‘genuin’ tentang pembangunan kota
yang modern serta ramah lingkungan. Rata-rata mereka punya kualitas skill
diantaranya design grafis, film-maker, aplikasi digital, merchandise kreatif,
dan kampanye di media sosial. RK memiliki relawan-relawan muda yang
berorientasi bukan hanya kekuasaan an
sich, tapi punya role model bagaimana mengelola kota dengan ide dan
gagasan.
Kedua,
fenomena lain yang bisa dirasakan publik
dan lebih terbuka pergerakannya dari relawan RK adalah “Teman Ahok”. Jika RK
dan relawannya membutuhkan partai untuk membangun kepercayaan publik, ‘Teman
ahok’ melawan mitos tersebut. ‘Teman Ahok’ adalah anak-anak muda kreatif yang mampu
memaksa Ahok menentukan pilihan diluar logika petahana lainnya. “Teman Ahok’
dengan mengumpulkan KTP bergerak cepat mengumpulkan dukungan independent. Anak-anak
muda ini juga memiliki kecakapan yang setara dengan relawan RK. Namun yang
berbeda dari “teman ahok” adalah kemampuan mereka merebut hati publik dengan
lebih terbuka. Sempat dikatakan sebagai gerakan anak kecil, Teman Ahok bergerak
terstruktur membuka diri ke ruang publik dan merebut hati rakyat. Meyakinkan
rakyat dengan menolak hegemoni partai yang selama ini kongkalikong menentukan
calon yang akan diusung. Sang calon pemimpin—telah menjadi rahasia umum—biasanya
menjadi mesin ATM bagi partai politik yang meminta mahar secara terselubung
dibalik dukungan.
Teman Ahok begerak
rapi, santun dan menggunakan pendekatan anak muda dalam mendukung calon untuk
lebih transparan membangun demokrasi secara terbuka. Tuduhan de-parpolisasi
adalah alasan primitif mereka yang tidak siap berubah dan membuka diri ke
publik atas perubahan-perubahan yang terjadi saat ini. Bahwa orang-orang yang selama
ini memimpin dengan baik adalah sosok
yang yang tegas, transparan dan memiliki ide-ide baru. Jikapun ‘Teman Ahok’ dianggap
setingan politik Ahok sendiri, tapi publik harus menyadari bahwa partai politik
tidak bisa semena-mena lagi mengunci pasangan calon untuk tunduk terhadap
kehendak elit bukan kehendak rakyat.
Pemimpin
Digital.
Menjadi pemimpin di era
ekonomi digital ini dapat menekan ongkos politik yang tinggi jika anda adalah
bagian dari pemimpin muda kreatif. Perjuangan orang-orang muda di kekuasaan
dengan kemampuan tekhnologi digital, adalah hal yang sangat mungkin menyebar
seantero Indonesia. Negara ini sudah mulai memunculkan orang-orang berintegritas
tanpa harus lagi izin dengan partai politik atau membayar partai begitu mahal.
Pemimpin muda ini memang telah terbiasa bergerak, komunikatif dan punya
kemampuan baik mengelola kekuasaan dengan ide dan gagasan. Anak-anak muda yang
bergerak juga menyadari mereka bergerak karena jengah dengan perubahan yang
lambat dan generasi tua yang tidak sadar diri. Generasi digital ini membantu
sepenuh hati dan bergerak secara sukarela untuk membangun keterbukaan dalam
mengusung calon yang berpikir dengan cara digital seperti mereka.
Kita melihat
pemimpin-pemimpin muda ini juga sangat kekinian. Aktif menyampaikan
kebijakannya lewat facebook, twitter, instagram, youtube dan media sosial
lainnya. Dan ini jelas tidak dilakukan oleh generasi tua yang membangun
kekuasaan dengan ongkos mahal, sehingga saat memimpin tidak banyak yang
dilakukan karena hanya mengenyangkan segelintir orang yaitu ‘partai politik’
dan ‘tim sukses’. Rakyat adalah bagian sekian dari proses keterlibatan
pembangunan. Kepemimpinan yang tidak membangun transparansi dan ber-ongkos
mahal pada akhirnya hanya menjadikan APBD hanya bancak-an kaum elit.
Pesan untuk
pemimpin-pemimpin yang masih mengandalkan partai politik sebagai kendaraan
politik. Mulailah untuk bergerak bukan hanya saat pilkada, yakinkan pada
anak-anak muda kreatif bahwa kalian siap memimpin dengan cara kekinian.
Pemimpin yang lahir dari pergerakan rakyat, bukan wacana kaum elit bermodal
proyek-proyek bahkan uang industri perusak lingkungan. Berangkat memenangkan
pertarungan pemilu lewat anak-anak muda kreatif yang telah lama membersamai
pergerakan akan menjadikan gagasan pembangunan menjadi gerakan warga. Sehingga
tidak perlu capek-capek lagi mengeluarkan modal besar untuk memenangkan
pertarungan selanjutnya saat rakyat memang diajak bergerak bersama.
Kepemimpinan dengan
ekonomi digital juga akan membantu suatu daerah lebih dikenal publik. Potensi
wisata, ekonomi lokal, dan pembangunan berbasis gotong royong warga akan
semakin membangun keberhasilan kepemimpinan. Sebagaimana ekonomi digital sangat
erat dengan pengembangan ekonomi kreatif yaitu kegiatan ekonomi berdasarkan
pada kreativitas, keterampilan, dan bakat individu untuk menciptakan daya
kreasi dan daya cipta individu yang bernilai ekonomis berpengaruh pada
kesejahteraan masyarakat.
0 komentar