Pendidikan Profetik Untuk Metro

07.19.00

Kamis, 06 01 2011 | 09:57:48
Oleh : Dharma Setyawan
Ketua Komunitas Hijau Metro

METRO sebuah kota kecil di Propinsi Lampung, yang memiliki luas 68,74 km adalah kota yang memiliki visi dan misi sebagai kota pendidikan. Kota kecil ini adalah daerah otonom yang diresmikan tanggal 27 April 1999 hasil dari pemekaran Kabupaten Lampung Tengah.
Kota Metro dengan luas wilayah 68,74 km2 atau 6.874 hektare serta penduduk berjumlah 151.284 jiwa yang tersebar di lima kecamatan dan 22 kelurahan memiliki 189 sekolah/madrasah negeri dan swasta. Terdiri atas TK/RA 54, PLB 2, SD 55, MI 9, SMP 23, SMP Terbuka 2, MTs 6, SMA 17, MA 6, SMK 15, serta 13 Perguruan Tinggi. Kemudian ada 4.248 guru dan 47.242 siswa. Kondisi ini cukup menunjang untuk menjadikan Metro sebagai kota pendidikan. Selain pendidikan formal, kota Metro juga memiliki sarana pendidikan non formal seperti lembaga kursus, lembaga pendidikan seni, gedung perustakaan daerah dan sarana lain yang menjadi pelengkap terbangunnya Metro sebagai kota pendidikan.
Visi dan misi pendidikan di kota Metro semakin hari telah memperlihatkan keberhasilan yang cukup signifikan. Hal ini di buktikan dengan banyaknya prestasi yang didapatkan kota Metro. Dari Lomba LCT UUD 1945 dan TAP MPR RI meraih mendali emas dan juara 1 tingkat nasional dan meraih juara 1 olimpiade Geografi luar Jawa dan juara 4 se-Indonesia oleh SMA N 1 Metro. Meraih mendali perak tingkat nasioanal olimpiade sains Kimia dan sains ekonomi. Mendali emas tingkat nasional bidang listrik yang di raih SMK N 3 Metro. Pada bidang olahraga juara 1 nasional volly ball putrid tingkat SD, juara 1 volly ball nasional oleh SMP N 5 Metro, juara III tingkat Nasional soft ball oleh SMA N 4 Metro. TK Pembina Metro meraih juara 1 tingkat nasional pada lomba usaha kesehatan sekolah. dan masih banyak lagi prestasi yang di raih Metro.
Namun dari keberhasilan yang diraih Metro sebagai kota pendidikan, kita perlu melakukan koreksi agar pembenahan pendidikan berangsur-angsur menjadi lebih baik dan semakin baik. Ancaman-ancaman yang dapat merusak visi dan misi kota Metro dalam pendidikan perlu dilakukan tindakan preventif demi citra Metro dengan pendidikan yang benar-benar berkualitas. Kasus bisnis lendir (pekerja seks komersial (PSK), red) yang pernah dimuat di Lampost beberapa bulan lalu perlu mendapat respon serius dari berbagai pihak.
Kasus bisnis lendir telah melibatkan para mahasiswi-mahasiswi yang ada di Perguruan Tinggi di Metro. Kasus asusila yang terjadi pada pelajar SMA dan dikeluarkannya 14 pelajar yang terkait dengan pelanggaran di sekolahnya adalah masalah yang perlu direspon dan masing-masing harus di carikan solusi bersama.
Pendidikan formal yang diberikan dalam lingkungan belajar terbukti kurang mampu untuk memperbaiki perilaku pelajar dan mahasiswa di kota Metro. Dalam aturannya Pendidikan menurut UU No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1, adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Upaya solusi yang dapat merespon permasalahn di atas adalah pendidikan Profetik. Sebagaimana arti pendidikan seperti terangkum dalam Undang-undang di tambah dengan kata profetik yang dengan arti lain adalah berasal dari kata Profet (nabi,red) atau pendidikan profetik adalah proses pendidikan yang berbasis pada pendidikan moral kenabian.
Pendidikan Profetik merupakan upaya solusi dalam mewujudkan system pendidikan nasional seperti yang di sebutkan di atas. Pendidikan profetik akan mendukung kepemilikan spiritual keagamaan, kepribadian dan akhlak mulia. Pendidikan profetik dibangun dalam rangka menyiapkan generasi yang mengedepankan moral di atas kecerdasan. Proses pendidikan profetik lebih menekankan pada suri tauladan dari para pendidik. Dalam memberikan kurikulum pendidikan Profetik kita tidak hanya mentransformasikan ilmu pengetahuan kepada perserta didik namun juga mentransformasikan moral akhlak dari semua elemen penyelenggara pendidikan.
Hal ini bisa diartikan bahwa dalam pendidikan profetik postulat-postulat penting yang diharapkan adalah mewujudkan generasi yang tidak hanya berorientasi dengan tujuan dunia namun berorientasi dengan tujuan hidup akhirat sebagai stasiun akhir kehidupan yang lebih kekal.
Pendidikan profetik dalam prakteknya selalu mendekatkan pengetahuan dengan keyakinan agama, bahwa semua ilmu pengetahuan yang ada didunia ini adalah hasil dari penciptaan Tuhan. Selain itu dalam membangun moral bangsa pengenalan akhlak para Nabi, Ulama dan Pahlawan sangat penting demi mewujudkan masa depan gemilang. Menceritakan sejarah para manusia unggul seperti tersebut di atas dan memotivasi peserta didik untuk semakin maju dan saling berkompetisi dalam kebaikan (fastabiqul khoirot,red).
Untuk mewujudkan pendidikan profetik ada beberapa komponen yang saling bekerjasama untuk mendukung terbentuknya generasi profetik yang diharapkan mampu membangun kemajuan bangsa.
Komponen pertama, yaitu Pemerintah sebagai penyelenggara pendidikan merupakan komponen yang harus respon terhadap segala ancaman yang dapat mengganggu berlangsungnya proses pendidikan. Pemerintah berkewajiban menyenlenggerakan pendidikan yang berkualitas. Pendidikan berkualitas memenuhi beberapa unsur yang memadai seperti fasilitas bangunan yang nyaman, perpustakaan dengan buku-buku yang lengkap dan bermutu, teknologi modern seperti Labolaturium dengan alat peraga lengkap, computer dan akses internet.
Komponen kedua, Guru sebagai fasilitator dan motivator pendidikan harus memiliki kompetensi yang unggul dan berdaya saing. Guru harus menjadi sosok yang ramah, memberikan kenyamanan dan penuh kasih sayang. Sebagai tonggak pendidikan guru menjauhi sikap kekerasan, paling pintar dan memaksakan pemahaman materi kepada semua peserta didik tanpa memandang klasifikasi kemampuan peserta didik. Guru merupakan sosok yang harus mampu menjadi tauladan baik dari perkataan maupun perbuatan.
Komponen ketiga adalah orang tua sebagai pendidikan awal dalam keluarga adalah komponen yang berperan dalam membentuk karakter diri. Orang tua adalah kawahcandradimuka dalam mewujudkan generasi yang bermoral, kasus kekerasan antar pelajar, asusila sampai ke tindakan kriminal, terjadi akibat orang tua yang hanya memberi asupan jasmani bagi anak dan kurang dalam mengarahkan asupan rohani. Motivasi orang tua dapat diberikan dengan banyak hal seperti memotivasi anak dengan interaksi intensif dan mendekatkan anak dengan suasana religi seperti mengajak ke tempat ibadah, bersilaturahmi dengan para Ulama atau orang sukses yang dapat menjadi panutan anak.
Capaian Metro dalam pendidikan perlu kita apresiasi bersama namun jangan sampai membuat semua elemen bangga dengan hasil yang sudah di dapatkan. Mewujudkan pendidikan profetik di kota Metro harus di usahakan agar prestasi yang didapat sejalan dengan moral perilaku peserta didik.
Ancaman-ancaman yang dapat merusak citra Metro sebagai kota pendidikan harus terus di lakukan pencegahan dan pantauan dari berbagai pihak. Kita perlu mengaca pada pola kurikulum pendidikan Islam Terpadu (IT) yang membentuk anak dengan prestasi membanggakan. Lulusan SD IT Metro cotohnya terbukti mampu meluluskan peserta didik dengan prestasi yang baik serta hafalan Al-quran anak umur 12 tahun dari 3 juz sampai 6 juz. Prestasi yang terwujud karena akhlak yang tercermin dari ketulusan para guru yang mendidik dengan cara yang baik.
Motivator sejati dan suri tauladan dalam moral kehidupan. Tugas pendidikan tidak hanya kewajiban segelintir komponen diatas namun tugas kita bersama. Karna kita rindu dengan akhlak baik, kita rindu dengan generasi yang religi, kita rindu dengan kebaikan yang memberikan manfaat bagi semua. ***

You Might Also Like

0 komentar

Ayo Gabung

SUBSCRIBE NEWSLETTER

Get an email of every new post! We'll never share your address.

Dharma

Dharma
Selamatkan kekayaan Indonesia

Ad Banner

Ad Banner